Opini -Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya.dalam sudut pandang yang berbeda,proses kegiatan mencari,menggali,mengumpulkan,mengolah,memuat dan menyebarkan berita kepada masyarakat luas harus berdasarkan fakta di sertai data sehingga jurnalis pers mampu di sebut profesional.
Sikap tidak memihak ini terkadang di maknai berbeda bagi narasumber yang skeptis atas kerja seorang pewarta terlebih menyangkut orang yang merasa penting dan merasa berpengaruh.tidak sedikit orang seperti ini selalu jaga jarak,kurang familiar terhadap sikap pendekatan yang di lakukan jurnalis sehingga malah memunculkan praduga kecurigaan yang menarik perhatian terkait permasalahan maupun peristiwa janggal yang patut di telusuri untuk di kemas menjadi hard news,soft news atau straight news.
Ironisnya,phobia terhadap kedatangan wartawan di kantor dinas di olah dengan sambutan sinis,acuh tak acuh "No Reken" yang justru menghilangkan nilai human interest yang mengakibatkan perang urat saraf investigasi masif dan menjalar ke psikologis kultural.
sesuatu yang menimpa orang yang merasa penting sebagai pemangku gengsi di suatu daerah tidak lepas dari metode terapi arogansi melalui tingkah laku maupun ucapan yang kurang terkontrol.
tradisi "Gebyah Uyah" kepada semua profesi wartawan dengan menitikberatkan ketidak harmonisan, ibarat bom waktu yang siap meledak akibat sulutan api menyebar terbawa kencangnya taburan angin dan menjadikan badai berita yang melayang di lembaran kertas bertinta.
(JFTV NEWS)